Jumat, 29 Juni 2012

Fiksi 100 kata (2)

Satu malam sepi, aku mengadu kepada bulan tentang tingkah matahari di siang hari. Matahari kejam, kataku. Dia terlalu terik, terlalu terang, keluhku. Bulan diam saja mendengarkan ceritaku. Aku pikir ia tidak peduli, dan aku menjadi marah kepada dia. Aku teriaki bulan keras-keras. Aku ingin dia benar-benar mendengar, menghibur, dan menasihatiku. Namun ia diam terus. Aku berteriak semakin keras. Sekarang memaki-maki bulan. Bulan kau tidak peduli, kau tidak sayang, keluhku. Tak kusadari badanku membesar. Mulutku memanjang, dan gigiku menajam. Tubuhku berbulu. Tiba-tiba aku melolong. Senapan sang pemburu yang dari tadi menunggu menyalak. Peluru melesat dan menembus jantungku.

Bulan tersenyum geli melihatku.

Sabtu, 23 Juni 2012

Fiksi 100 Kata (1)

Bapak tikus punya anak tunggal. Ia baru saja lulus kuliah. Pak tikus sudah menyiapkan dana berlimpah untuk memasukkan anaknya ke posisi menjanjikan di instansi pemerintahan tikus. Bila sudah masuk ke sana, anaknya tidak perlu khawatir akan masa depannya lagi. Ia bahkan sudah menyiapkan putri tikus untuk dijadikan mempelai anaknya. Bibit, bebet, dan bobot sudah pasti terjamin.

Malam itu, pak tikus memanggil anaknya untuk mengabarkan rencananya. Di luar dugaannya, anaknya meledak marah. Ia menuduh pak tikus mencoba mengatur hidupnya. Anaknya lari keluar liang tinggal mereka. Di luar, kucing rumah menunggu. Kucing langsung menerkam anak pak tikus dan membawanya pergi untuk dimakan.