Jumat, 29 Juni 2012

Fiksi 100 kata (2)

Satu malam sepi, aku mengadu kepada bulan tentang tingkah matahari di siang hari. Matahari kejam, kataku. Dia terlalu terik, terlalu terang, keluhku. Bulan diam saja mendengarkan ceritaku. Aku pikir ia tidak peduli, dan aku menjadi marah kepada dia. Aku teriaki bulan keras-keras. Aku ingin dia benar-benar mendengar, menghibur, dan menasihatiku. Namun ia diam terus. Aku berteriak semakin keras. Sekarang memaki-maki bulan. Bulan kau tidak peduli, kau tidak sayang, keluhku. Tak kusadari badanku membesar. Mulutku memanjang, dan gigiku menajam. Tubuhku berbulu. Tiba-tiba aku melolong. Senapan sang pemburu yang dari tadi menunggu menyalak. Peluru melesat dan menembus jantungku.

Bulan tersenyum geli melihatku.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar